Jumat, 18 Maret 2011

VISI-MISI VISI DAN MISI


VISI DAN MISI

Sesuai dengan namanya Palang Merah Remaja (PMR) maka penekanannya adalah menciptakan manusia/remaja yang memiliki rasa kepedulian terhadap sesama. Visi atau wawasan ke depan harus tetap berpegang teguh pada 7 prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah internasional serta Tri Bakti PMR. Visi PMR SMPN 10 Sumedang tercermin dalam dua hal tersebut.

Selain itu kami juga membawa misi kedepan untuk tetap menciptakan suasana damai dan tentram di kalangan masyarakat, yaitu:

- Misi kemanusiaan, berupa kerelaan menolong sesama tanpa membedakan yang satu dengan yang lain

- Misi pendidikan, dimana melalui kegiatan PMR ini kita dapat menciptakan suatu generasi penerus yang dapat dijadikan tauladan dan pemimpin bangsa.

dengan Visi dan Misi diatas diharapkan PMR SMPN 10 Sumedang mampu berperan dalam pembangunan bangsa.

Palang Merah Indonesia

Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi independen dan netral di Indonesia yang kegiatannya di bidang sosial kemanusiaan. dallam melaksanakan seluruh aktifitasnya PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip Palang Merah dan Bulan sabit merah Internasional yaitu kemanusiaan, kesukarelaan, kenetralan, kesamaan, kemandirian, kesatuan, dan kesemestaan. sampai saat ini memiliki 31 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 300 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh indonesia.

Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.

Sejarah

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut dipelopori dr RCL Senduk dan dr Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia, dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkei pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.

Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.
Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Dr Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.

Dibantu Panitia lima orang terdiri atas dr R Mochtar sebagai Ketua, dr Bahder Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia yaitu dr Djoehana Wiradikarta, dr Marzuki, dr Sitanala, mempersiapkan terbentuknya Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat ini dikenal sebagai Hari PMI.

Kemanusiaan dan Kerelawanan

Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan seperti Strategi 2010 berisi tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan, penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di masyarakat, Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit, remaja dan manula, kemitraan dengan pemerintah, organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi, maupun Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa Swiss tahun 1999.

Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrar di bidang kemanusiaan.
Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di bidang sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan Bantuan dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan, Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah. Kinerja PMI dibidang kemanusiaan dan kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain sebagai berikut:

Pertama, membantu saat terjadi peperangan/konflik. Tugas kemanusiaan yang dilakukan PMI pada masa perang kemerdekaan RI, saat pemberontakan RMS, peristiwa Aru, saat gerakan koreksi daerah melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian Jaya, Timor Timur dengan operasi kemanusiaan di Dilli, pengungsi di Pulau Galang.

Kedua, membantu korban bencana alam. Ketika gempa terjadi di Pulau Bali (1976), membantu korban gempa bumi (6,8 skala Richter) di Kabupaten Jayawijaya, bencana |Gunung Galunggung (1982), Gempa di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi (1994), gempa di Bengkulu dengan 7,9 skala Richter (1999), konflik horizontal di Poso-Sulteng dan kerusuhan di Maluku Utara (2001), korban gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala Richter, serta membantu korban banjir di Lhokseumawe Aceh, Gorontalo, Nias, Jawa Barat, Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam, Pantai Pangandaran, dan gempa bumi di DI Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Semua dilakukan jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat kesukarelawanan yang tulus membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari pertolongan dan evakuasi, pencarian, pelayanan kesehatan dan tim medis, penyediaan dapur umum, rumah sakit lapangan, pemberian paket sembako, pakaian pantas pakai dan sebagainya.

Ketiga, transfusi darah dan kesehatan. Pada tahun 1978 PMI memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertama kalinya kepada donor darah sukarela sebanyak 75 kali. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 telah diatur tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah. Keberadaan Unit Transfusi Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat dan pertolongan bagi para pasien/penderita sakit yang sangat membutuhkan darah. Ribuan atau bahkan jutaan orang terselamatkan jiwanya berkat pertolongan Unit Transfusi Darah PMI. Demikian pula halnya dengan pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di berbagai daerah memiliki poliklinik secara lengkap guna memberikan pelayanan kepada masyarakat secara murah.

Basis Masyarakat

Guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang saat ini PMI tengah mengembangkan Program Community Based Disarter Preparedness (Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan mendorong pemberdayaan kapasitas masyarakat untuk menyiagakan dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang secara langsung terkena dampak bila terjadi bencana.

Selain itu di Palang Merah Indonesia juga marak di selenggarakan pelatihan untuk Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (Community Based First Aid/ CBFA)
Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis masyarakat, ujung tombak gerakan kepalangmerahan adalah unsur unsur kesukarelaan seperti Korps Sukarela atau KSR maupun Tenaga Sukarela atau TSR dan seluruh unsur ini selalu berbasis pada anggota masyarakat sesuai salah satu prinsip kepalangmerahan yaitu kesemestaan

7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Internasional

1. Kemanusiaan (humanity)
2. Kesamaan (similarity)
3. Kenetralan (neutrality)
4. Kemandirian (autonomousity)
5. Kesukarelaan (voluntarity)
6. Kesatuan (unionity)
7. Kesemestaan (universality)

Mars Palang Merah Indonesia

Palang Merah Indonesia
Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur, nusa dan bangsa
Wujud nyata pengayom Pancasila
Gerak juangnya keseluruh nusa
Mendarmakan bhakti bagi ampera
Tunaikan tugas suci tujuan PMI
Di Persada Bunda Pertiwi
Untuk umat manusia
Di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa

Lagu yang pertama kali dikumandangkan tahun 1967 ini adalah ciptaan Mochtar H. S. yang adalah seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu. Lagu ini juga menandai pembentukan Palang Merah Remaja (PMR) Kudus. PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah Bandung. Bisa dibayangkan, PMI Kudus pada masa itu adalah cabang terkemuka di Indonesia.

Mars Palang Merah Remaja

Bhakti PMR
Palang Merah Remaja Indonesia warga Palang Merah sedunia
Berjuang berbakti penuh kasih sayang untuk rakyat semua
Bekerja dengan rela tulus ikhlas untuk yang tertimpa sengsara
Puji dan puja tidak dikejar… mengabdi tuk sesama…
Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia luhur budinya
Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia mulya citanya




.
Photo Album
PMR SMP 10 SUMEDANG Gallerie's
Agustus , 2010
http://Multiply.com/mu/pmrsmpyapida/image/2/photos/2/1200x120/1/Jeant-Henry-Dunant.jpg?et=VBnSmfSq8ld%2BxDp7pJ5PpA&nmid=136700422

Tokoh Palang Merah
Jeant Henry Dunant

Lambang - lambang
5 Photos




Jumat, 11 Maret 2011

SUSUNAN PENGURUS


SUSUNAN PENGURUS
UNIT PMR SMP NEGERI 10 SUMEDANG

    Pelindung adalah TP PMI KABUPATEN SUMEDANG 
    Penanggung jawab adalah Kepala Sekolah  : DJAMALLUDIN, S.PD
    Pembina PMR    : YONO HADIYANA, S.PD
                                    HANDI LUQQIYANTO, S.PD
                                    ENCUM SUMYATI, S.PD
                                    NONENG HERLINA, SE                                    
   4) Pelatih PMI    : KSR PMI KABUPATEN SUMEDANG
  5) Pengurus harian PMR terdiri dari siswa-siswi yang telah menjadi  anggota PMR dengan masa  bakti minimal 1 tahun, terdiri dari :
        a)  Ketua              : WENTRI MARTINI
         b)  Wakil ketua    : WULAN WIDIA WATI HIDAYAT
        c)  Sekretaris       : SUSI MULYANI
        d)  Bendahara      : 1) SITI AISYAH
                                        2) TATI MULYATI    
        e)  Unit-unit : 
          1)Bakti Masyarakat                        : NINA ROSLIANA
          2)Keterampilan, kebersihan,
             dan kesehatan                             : NENG LINDA
          3)Persahabatan                              : AI KOKOM KOMARIAH
4)Umum                                           : YUYU SITIAWATI
     




STRUKTUR  ORGANISASI PMR
UNIT SMP NEGERI 10 SUMEDANG

PELINDUNG

PENANGGUNG JAWAB

PEMBINA PMR

PELATIH PMI

KETUA

WAKIL KETUA

SEKRETARIS

BENDAHARA

BHAKTI MASYARAKAT

KETERAMPILAN, KEBERSIHAN, KESEHATAN

PERSAHABATAN

UMUM


PEMBALUTAN


PEMBALUTAN, PEMBIDAIAN DAN EVAKUASI
PEMBALUTAN

PENGERTIAN
Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

TUJUAN
1. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya
2. Mencegah terjadinya pembengkakan
3. Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser
4. Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran

ALAT DAN BAHAN
1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
2. Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi
3. Pita adalah pembalut gulung
4. Plester adalah pembalut berperekat
5. Pembalut yang spesifik
6. Kassa steril

1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
a.       Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50 – 100 cm.
b.      Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang terbentuk bulat atau untuk menggantung bagian anggota badan yang cedera
c.       Pembalut ini bisa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki dan untuk menggantung tangan
d.      Cara membalut dengan mitela :
e.      Salah satu sisi mitella dilipat 3 – 4 cm sebanyak 1 – 3 kali
f.         Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan
g.        Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan b, atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung pada tempat dan kepentingannya
h.      Gambar cara membalut dengan mitela :
·         Luka pada atap tengkorak
·         Luka pada dada
·         Lengan yang cedera
·         Telapak kaki

2. Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi
a.       Pembalut ini adalah mitella yang dilipat – lipat dari salah satu sisi segitiga agar beberapa lapis dan berbentuk seperti pita dengan kedua ujung – ujungnya lancip dan lebarnya antara 5 – 10 cm
b.      Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis dan kaki terkilir

c.       Cara membalut dengan dasi :
·         Pembalut mitella dilipat – lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita dengan masing – masing ujung lancip
·         Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
·         Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum diikat arahnya saling menarik
·         Kedua ujungnya diikatkan secukupnya

d.      Gambar cara membalut dengan dasi :
·         Luka pada mata
·         Luka pada dagu
·         Luka pada ketiak
·         Luka pada siku

3. Pita adalah pembalut gulung
a.       Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering adalah dari kassa, hal ini karena kassa mudah menyerap air, darah dan tidak mudah bergeser (kendor)
b.      Macam – macam pembalut dan penggunaanya :
Lebar 2,5 cm : biasa untuk jari – jari
Lebar 5 cm : biasa untuk leher dan pergelangan tangan
Lebar 7,5 cm :biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
Lebar 10 cm : biasa untuk paha dan sendi panggul
Lebar > 10 – 15 cm : biasa untuk dada, perut dan punggung

c.       Cara membalut dengan pita :
Berdasar besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih pembalutan pita ukuran lebar yang sesuai
 Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya
Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang lain secukupnya

d.      Gambar cara membalut dengan pita :
Pada kepala
Pada lengan
Pada tumit
Pada telapak tangan
4. Plester adalah pembalut berperekat
a.       Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang
b.      Khusus untuk penutup luka, biasa dilengkapi dengan obat anti septik
c.       Cara membalut luka dengan plester
·         Jika ada luka terbuka : luka diberi obat antiseptik, tutup luka dengan kassa, baru lekatkan pembalut plester
·         Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir) : balutan plester dibuat ”strapping” dengan membebat berlapis – lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakkan tertentu perlu kita yang masing – masing ujungnya difiksasi dengan plester

5. Pembalut yang spesifik
·         Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan kassa penutup luka dan steril, baru dibuka pada saat akan dipergunakan, sering dipakai pada luka – luka lebar yang terdapat pada badan
·         Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman. Biasa dipergunakan pada luka – luka kecil

6. Kassa steril
a.       Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang sudah diberi obat – obatan (antibiotik, antiplagestik)
b.      Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut

PROSEDUR PEMBALUTAN
1. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini :
a. Bagian dari tubuh yang mana ?
b. Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
c. Bagaimana luas luka tersebut ?
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak ?
2. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan ! dapat salah satu atau kombinasi
3. Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yangmengandung desinfektan atau dislokasi perlu direposisi
4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
a. Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
b. Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
c. Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita
d. Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis, lapis yang paling bawah letaknya disebelah distal
e. Tidak mudah kendor atau lepas





PEMBIDAIAN

PENGERTIAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi)

TUJUAN PEMBIDAIAN
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mempercepat penyembuhan

MACAM – MACAM BIDAI
1. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

2. Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha

3. Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.

4. Gendongan/Belat dan bebat
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan

PRINSIP PEMBIDAIAN
1.       Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan mengalami cidera ( korban yang dipindahkan)
2.       Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang
3.       Melewati minimal dua sendi yang berbatasan


SYARAT – SYARAT PEMBIDAIAN
1.       Siapkan alat – alat selengkapnya
2.       Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur dulu pada anggota badan korban yang tidak sakit
3.       Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor
4.       Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan
5.       Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah
6.       Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai
7.       Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas

GAMBAR PEMBIDAIAN PADA PATAH TULANG TUNGKAI BAWAH
GAMBAR PEMBIDAIAN PADA PATAH TULANG LENGAN ATAS

EVAKUASI

Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penanganan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.

MEKANIKA TUBUH
Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk mencegah cedera pada penolong.
Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
• Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
• Gunakan tungkai jangan punggung
• Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
• Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
• Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
• Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.

MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat. Pemindahan korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
1. Pemindahan Darurat
Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korban
Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera:
• Kebakaran atau bahaya kebakaran
• Ledakan atau bahaya ledakan
• Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya :
– Bangunan yang tidak stabil
– Mobil terbalik
– Kerumunan masa yang resah
– Material berbahaya
– Tumpahan minyak
– Cuaca ekstrim
• Memperoleh akses menuju korban lainnya
• Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya melakukan RJP
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin.
Beberapa macam pemindahan darurat
• Tarikan baju
• Tarikan selimut atau kain
• Tarikan bahu/lengan
• Menggendong
• Memapah
• Membopong
• Angkatan pemadam

2. Pemindahan Biasa
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan korban selesai ditangani.
Contohnya :
• Angkatan langsung
• Angkatan ekstremitas (alat gerak)

POSISI KORBAN
Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.
• Korban dengan syok
• Tungkai ditinggikan
• Korban dengan gangguan pernapasan
• Biasanya posisi setengah duduk
• Korban dengan nyeri perut
• Biasanya posisi meringkuk seperti bayi
• Posisi pemulihan
• Untuk korban yang tidak sadar atau muntah
Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban akan memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.

PERALATAN EVAKUASI
• Tandu beroda
• Tandu lipat
• Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma
• Vest type extrication device (KED)
• Tandu kursi
• Tandu basket
• Tandu fleksibel
• Kain evakuasi
• Papan spinal